Penelitian tersebut melibatkan 250 anak dan remaja yang memiliki masalah gigi namun membutuhkan penanganan khusus dan dirawat oleh dokter gigi spesialis gigi anak, karena subyek bermasalah dalam manajemen perilaku dan sangat takut ke dokter gigi. Anak-anak tersebut beserta orang tuanya mengisi kuesioner yang menggambarkan situasi dalam rumah tangga dan kehidupan sehari-harinya. Jawaban tersebut dibandingkan dengan pasien-pasien dari kelompok usia yang sama, yang juga bermasalah gigi namun cukup ditangani dengan perawatan gigi biasa dan tidak membutuhkan penanganan khusus.
Setelah dianalisa, Dr. Gustafsson sang peneliti mendapatkan bahwa anak-anak dan remaja dengan masalah manajemen perilaku memiliki ketakutan akan perawatan gigi yang jauh lebih besar, dan hidup dalam keluarga dengan kelas sosial ekonomi rendah. Banyak diantaranya yang hidup dengan orang tua tunggal, kurang memiliki waktu bersenang-senang, dan mengalami lebih banyak masalah psikososial daripada pasien yang hanya menerima perawatan gigi biasa.
Selain itu para orang tua dari anak-anak tersebut juga mengakui bahwa mereka pun sangat takut akan perawatan gigi dan memiliki lebih banyak kecemasan dan kekhawatiran daripada orang tua anak yang menerima perawatan gigi biasa!