Waspadai Produk Kecantikan Kosmetik Mengandung Racun - Hampir semua produk perawatan  (consumer product) yang tersedia ternyata mengandung bahan kimia dan  pengawet. Bagaimana kita harus menyikapinya? Hampir setiap hari kita terpapar oleh risiko dari  bahan-bahan kimia yang kita telan, hirup, atau oles di kulit. Hal ini  mengundang perhatian para aktivis lingkungan, ilmuwan, hingga orang  biasa yang khawatir dengan efek samping bahan pengawet.
"Boleh dibilang semua produk perawatan mengandung  bahan beracun. Kebanyakan memang dalam jumlah sangat kecil untuk  menimbulkan bahaya kesehatan. Tetapi, terkadang paparan dalam jumlah  sedikit juga bisa mendatangkan dampak yang besar," kata Alan Greene, MD,  guru besar klinis bidang anak dari Stanford University dan penulis buku  Raising Baby Green. Ironisnya, karena produk-produk tersebut dianggap  aman, penggunaannya pun tak terkendali. "Setiap hari kita terpapar oleh  berbagai bentuk bahan kimia, padahal kita belum tahu apa dampaknya bagi  kesehatan," kata Rebecca Sutton, PhD, senior ilmuwan dari Environmental  Working Group.
The Center for Disease Control (CDC), lembaga  pengawasan penyakit AS, saat ini tengah memonitor kadar bahan-bahan  kosmetik dan produk perawatan lain dalam darah yang dilakukan secara  acak kepada orang-orang Amerika. Untuk mengetahui bahaya yang mungkin terkandung dalam produk yang biasa kita pakai sehari-hari, simak penjelasan berikut ini:
Phthalates
Phthalates, dibaca Thal-ates, senyawa kimia ini biasanya dipakai untuk memberi efek harum dalam produk sehari-hari. Phthalates ini juga dipakai dalam bahan baku pipa, tirai kamar mandi, vernis, atau lantai vinil.
Phthalates, dibaca Thal-ates, senyawa kimia ini biasanya dipakai untuk memberi efek harum dalam produk sehari-hari. Phthalates ini juga dipakai dalam bahan baku pipa, tirai kamar mandi, vernis, atau lantai vinil.
"Beberapa jenis phthalates diketahui berfungsi  seperti hormon dalam tubuh," kata Green. Dalam riset percobaan terhadap  hewan diketahui phthalates dalam dosis tinggi mengganggu produksi  hormon.
Paparan phthalates dalam dosis kecil di suatu produk  memang aman. Tapi faktanya phthalates ada di mana-mana, bahkan dari debu  di luar ruangan yang kita hirup. Hasil riset CDC menunjukkan adanya  kadar phthalates dosis rendah dalam darah manusia.
Beberapa riset membuktikan paparan phthalates pada  manusia mungkin terkait dengan berkurangnya jumlah dan kualitas sperma  pada pria. Wanita hamil yang terpapar bahan kimia ini juga diduga  menyebabkan perubahan bentuk genital alat kelamin bayi laki-laki.
Sambil menunggu bukti-bukti terbaru dari riset  tentang phthalates, tak ada salahnya bila kita mulai mengurangi  penggunaan produk yang mengandung bahan ini, khususnya untuk ibu hamil  dan anak-anak.
Sayangnya, phthalates seringkali bersembunyi dalam  kandungan fragrance atau pengharum, sehingga agak sulit mengetahui  produk mana yang mengandung bahan ini. Sebagai opsi, hindari produk yang  bebas pengharum atau pilih produk yang memakai minyak esensial, seperti  lavender atau citrus.
Parabens
Bahan kimia ini biasanya dipakai sebagai bahan pengawet kosmetik untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan melindungi kosmetik dari kontaminasi bakteri atau jamur. Hampir semua kosmetik, mulai dari pelembap, perawatan rambut, produk untuk pencukur janggut, hingga makanan dan obat, mengandung parabens.
Bahan kimia ini biasanya dipakai sebagai bahan pengawet kosmetik untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan melindungi kosmetik dari kontaminasi bakteri atau jamur. Hampir semua kosmetik, mulai dari pelembap, perawatan rambut, produk untuk pencukur janggut, hingga makanan dan obat, mengandung parabens.
Parabens bekerja seperti hormon estrogen dalam tubuh,  meski dampaknya ringan. Sebuah riset menunjukkan ditemukannya parabens  dalam jaringan tisu contoh tumor payudara, tetapi studi tidak  menyebutkan bahwa parabens menyebabkan kanker.
Para ilmuwan dari FDA menyatakan parabens aman,  tetapi masih dibutuhkan penelitian lanjutan. Sebagai konsumen, tak ada  salahnya kita berhati-hati. Periksa label bahan yang dipakai dalam  produk. Sebaiknya pilih yang tidak mengandung paraben, seperti  methylparaben, butylparaben, atau propylparaben.
Musk
Wangi musk yang lembut memang jadi favorit banyak orang. Namun, aroma musk yang kini banyak dipakai dalam berbagai produk dibuat dari sintesa bahan kimia di laboratorium.
Wangi musk yang lembut memang jadi favorit banyak orang. Namun, aroma musk yang kini banyak dipakai dalam berbagai produk dibuat dari sintesa bahan kimia di laboratorium.
Selain dipakai dalam produk parfum, nitro musk dan  polycyclic musk juga dipakai dalam produk pencuci pakaian. Penelitian  yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan penggunaan musk sintetis bisa  menyebabkan efek racun di tubuh dan merusak jaringan tisu.
Setelah studi tersebut, para produsen memang  mengurangi kadar penggunaan musk dalam produknya. Tetapi kini musk tetap  dipakai dalam produk kebersihan, seperti pelembut pakaian, sabun cuci,  hingga parfum.
Musk sintetis yang paling banyak dipakai adalah jenis  Tonalid dan Galaxolide. Sayangnya dua produk ini sering tersembunyi  dalam kata fragrance di label produk. Bila Anda ingin menghindarinya,  pilih produk tanpa parfum atau pilih produk yang menulis lengkap  kandungannya.
