Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat tingkatan optimisme seseorang yang kemudian di uji menggunakan scan otak. Mereka diberikan berbagai macam pertanyaan dan penilaian masing-masing mengenai berbagai macam faktor mengenai kenyataan baik ataupun buruk. Misalkan mereka di berikan kemungkinan terkena kanker sebesar 30%, maka meskipun ada sebagian dari mereka berpikiran resiko mereka menjadi 40%, pada akhir percobaan, mereka akan menurunkan resiko mereka sendiri menjadi 31%. Sedangkan bila sebagian dari mereka sudah berpikiran resiko mereka hanya 10%, maka setelahnya, mereka hanya akan menambah sedikit dari sebelumnya yang sudah dibawah dari perkiraan awal yang telah diinformasikan. Dari sini sudah mulai terlihat keinginan seseorang akan hal yang jauh lebih baik daripada berpikiran yang lebih buruk.
Untuk melihat mengenai perbedaan optimisme dalam semua pasien secara lebih, dilakukan pengamatan lebih lanjut dalam kinerja otak bagian depan yang secara otomatis akan terjadi lebih banyak aktifitas dalam memproses berbagai macam hal. Hal ini terjadi pada saat mereka diberikan informasi positif. Sedangkan pada saat diberikan informasi buruk, otak bagian depan mereka yang paling sedikit menunjukkan aktifitas dianggap sebagai optimis. Sedangkan mereka yang tidak optimis malah sebaliknya, yaitu akan terjadi peningkatan aktifitas pada otak bagian depan mereka.