Dalam studi baru, para peneliti menemukan bahwa wanita diabetes dengan kelebihan berat badan yang kemudian melakukan diet dan olahraga, dapat mengurangi berat badannya rata-rata 17 pound selama setahun. Dan dengan adanya penurunan berat badan, risiko untuk terkena inkontinensia menjadi lebih rendah.
"Wanita dengan kegemukan dan obesitas dengan diabetes tipe 2 harus mulai mempertimbangkan penurunan berat badan sebagai cara untuk mengurangi resiko terserang inkontinensia," kata pemimpin peneliti Suzanne Phelan, California Polytechnic State University, Reuters Health, seperti dilansir dari HealthNews, Selasa (31/01/2012), melalui email. Dan tentu saja, ia menambahkan, sudah ada manfaat tambahan yang diketahui berkaitan dengan penurunan berat badan tersebut. Seperti kontrol diabetes yang lebih baik dan rendahnya risiko penyakit jantung. Temuan ini dilaporkan dalam Journal of Urology, didasarkan pada 2.739 wanita paruh baya dan lebih tua yang merupakan bagian dari sebuah studi diabetes yang lebih besar.
Secara keseluruhan, wanita dalam kelompok gaya hidup memiliki tingkat inkontinensia urin yang lebih rendah selama setahun kedepan. Dan tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk menurunkan berat badan untuk mulai membuat perbedaan, Kata tim penelitian Phelan. Di sisi lain, penurunan berat badan tampaknya tidak membantu wanita yang sudah memiliki masalah kebocoran urin pada awal studi tersebut.
Ada kemungkinan, katanya, bahwa penurunan berat badan lebih efektif untuk mencegah, daripada mengobati kebocoran urin. Atau mungkin karena terlalu sedikit wanita dengan inkontinensia urin yang ada untuk dapat mendeteksi efek penurunan berat badan, Phelan menambahkan.
Inkontinensia urin sangat umum di kalangan wanita - sebagian besar dikarenakan melahirkan secara normal yang menjadi faktor risiko utama.