Berikut adalah penyebab anak di bawah  lima tahun meninggal pada tahun 2010, pneumonia yang menyumbang 14  persen dari kematian, kelahiran prematur menyebabkan 21 persen, luka 6  persen, campak dan diare masing-masing 5 persen, menurut Organisasi  Kesehatan Dunia (WHO). Badan ini mencatat bahwa 48 persen kematian anak  terjadi pada 28 hari kehidupan pertama mereka.
“Gizi buruk dan kurangnya air bersih  merupakan kontributor yang esensial pada angka kematian anak di  Indonesia,” ujar Isni Ahmad, seorang juru bicara LSM, Plan  International, sebuah organisasi internasional pengembangan masyarakat  dan kemanusiaan yang berpusat pada anak, di Indonesia. “Upaya untuk  mencegah kematian akibat diare atau untuk mengurangi beban penyakit,  tidak akan berhasil kecuali masyarakat memiliki akses terhadap air minum  yang aman dan sanitasi,” sambungnya, seperti dilansir oleh  asianscientist.com.
Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang  diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia mengungkapkan bahwa 80  persen dari populasi menggunakan sumber air bersih, tetapi hanya 52  persen yang menggunakan fasilitas sanitasi yang higienis, atau "aman".
Kementerian Kesehatan Indonesia  mengatakan hanya sekitar 12 persen anak-anak berusia antara 5 dan 14  mencuci tangan mereka dengan sabun setelah buang air besar, sedangkan 14  persen melakukannya sebelum makan. Meningkatkan keterampilan tenaga  kesehatan, terutama di klinik kesehatan masyarakat, adalah kunci untuk  mengurangi kematian anak.
Sebuah studi oleh WHO pada tahun 2007  mencatat bahwa kasus diare dapat dikurangi sebesar 32 persen jika lebih  banyak orang berlatih sanitasi dasar, 45 persen mencuci tangan mereka  dengan sabun, dan 39 persen merawat sumber air untuk rumah tangga.  Pemerintah mengadopsi kebijakan manajemen penyakit anak yang berfokus  pada pencegahan penyakit di samping pengobatan.
Para relawan yang sudah dilatih oleh  departemen kesehatan setempat menyelenggarakan check-up untuk ibu dan  anak-anak setiap bulan di lebih dari 260.000 post kesehatan masyarakat,  tetapi dirasakan kurangnya dukungan dan menyusutnya minat dari para  relawan telah menyebabkan penurunan pada layanan tersebut.
Plan Indonesia bekerja pada 10 dari 33  propinsi di Indonesia, dimana propinsi tersebut memiliki angka kematian  bayi dan ibu yang tinggi, dengan menyediakan air bersih, membantu  anak-anak memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas, dan memberikan  penyuluhan pada orang tua tentang membesarkan anak, termasuk gizi.
Kebijakan kesehatan dan  perundang-undangan pun telah ditingkatkan, yang berfokus pada  pengurangan gizi buruk, peningkatan cakupan daripada pelayanan kesehatan  ibu dan anak, seperti antenatal care (Pemeriksaan kehamilan untuk  mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil), dan pengendalian  penyakit anak yang umum, yang akan berpengaruh terhadap penurunan angka  kematian secara keseluruhan, kata Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF).
