Penelitian yang dilakukan di Belanda oleh dr. Kim van Wijck, seorang residen bedah di ORBIS Medical Center, Masstricht, mempertanyakan penggunaan obat anti inflamasi ibuprofen sebelum dan sesudah olahraga. Hasilnya menunjukkan bahwa ibuprofen justru menimbulkan cedera setelah olahraga di usus halus pada laki-laki sehat yang terlatih dalam melakukan olahraga endurance. Dalam penelitian ini, van Wijck mengevaluasi 9 laki-laki sehat yang aktif berolahraga dengan usia rata-rata 27 tahun. Para subyek penelitian menghabiskan waktu 3 hingga 10 jam per minggu melakukan olahraga endurance.
Van Wijck sebelumnya telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga mempunyai efek menurunkan aliran darah ke sistem pencernaan. Selain itu, obat anti inflamasi non steroidal (NSAID) seperti ibuprofen diketahui dapat menurunkan aliran darah. Dalam penelitian yang sekarang, ia mengevaluasi indikator-indikator cedera usus setelah para subyek:
- Mengkonsumsi 400 mg ibuprofen 2 kali satu jam sebelum bersepeda
- Bersepeda sejam tanpa mengkonsumsi ibuprofen
- Mengkonsumsi 400 mg ibuprofen 2 kali saat istirahat
- Istirahat tanpa mengkonsumsi ibuprofen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi bersepeda bersama konsumsi ibuprofen menghasilkan kadar indikator cedera usus yang lebih tinggi dibandingkan 3 kondisi lainnya. Kombinasi ibuprofen dan olahraga juga menurunkan apa yang disebut sebagai “fungsi pertahanan pencernaan” (“gut barrier function”), sehingga dapat menyebabkan bakteri dari mukosa usus masuk ke dalam darah. Penellitian ini hanya meneliti populasi laki-laki, tetapi van Wijck percaya bahwa hal yang sama juga terjadi pada populasi perempuan.
Sebuah penelitian menemukan bahwa sekitar 90% atlet sepak bola dan triathlon menggunakan obat anti nyeri. Berkaitan dengan hal ini, maka sebelum olahraga harus dihimbau untuk tidak mengkonsumsi ibuprofen. Kemudian apa yang harus dilakukan bila nyeri? Menurut van Wijck, pilihan obat anti nyeri yang lebih baik adalah acetaminophen. Van Wijck menjelaskan bahwa acetaminophen bekerja kurang lebih sama seperti ibuprofen, tetapi dipercaya lebih protektif terhadap usus sehingga kemungkinan terjadinya cedera usus akibat obat ini lebih kecil. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa sebenarnya yang paling baik adalah tanpa penggunaan obat anti nyeri sama sekali, kecuali benar-benar diperlukan.
dr. Heather Gillespie, MPH, seorang dokter di bidang kedokteran olahraga di UCLA Medical Center, Santa Monica juga menyebutkan bahwa penggunaan anti nyeri merupakan hal yang umum di cabang olahraga endurance. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa hasil penelitian dr. Kim van Wijck tidaklah mengejutkan. Ia selalu memberi peringatan kepada pasien-pasiennya untuk tidak menggunakan obat anti nyeri. Meskipun obat-obatan ini adalah obat bebas, tetapi bukan berarti tidak beresiko terhadap kesehatan, lanjutnya.