Karena fibromyalgia merupakan suatu sindrom rasa sakit kompleks yang 90% menyerang perempuan segala usia. Gangguan ini dirasakan penderita pada beberapa bagian sendi, otot dan tulang tanpa terdeteksi oleh dokter akibat tidak ditemukannya peradangan pada tempat yang terasa sakit tersebut. Hingga kini, belum ada penelitian yang mampu mengemukakan penyebab utama dari gangguan sakit ini.
Bahkan gejala fibromyalgia hampir serupa dengan rheumatoid arthritis, seperti sakit pada tengkuk, pundak, sendi-sendi punggung belakang, siku lengan, leher bagian samping, tulang dada (breast bone), tulang punggung, tulang ekor, pinggul dan lutut bagian dalam. Tidak jarang sakit yang diderita pasien bisa menyebabkan susah menelan, gangguan saat tidur, gangguan pencernaan, baal / kebal, kesemutan hingga penurunan fungsi kognitif otak dan sering kali baru diketahui sebagai fibromyalgia setelah beberapa tahun akibat kondisi tumpang tinding rasa sakit dengan penyakit lainnya.
Dikatakan bahwa penyakit ini merupakan rasa sakit yang terdeteksi melalui tes scan otak MRI dimana system syaraf sentral mempunyai sensitifitas terhadap rasa sakit. Meskipun hasil tes tersebut masih tetap tidak dapat menunjukkan penyebabnya, namun mampu membantu mengenali para penderita fibromyalgia untuk mendapatkan obat penghilang rasa sakit berkelanjutan dari dokter.
Sayangnya, hanya 35-45% saja penderita fibromyalgia yang bereaksi terhadap obat-obat penghilang sakit dari dokter untuk pengobatan fibromyalgia seperti Lyrica, Cymbalta dan Savella. Hal ini membawa para peneliti di Fibromyalgia Evaluation and Research Center, Georgetown University Medical Center, Amerika Serikat mengadakan penelitian terhadap 9 pasien yang melakukan pengobatan fibromyalgia.
Mereka berhasil menunjukkan persamaan kondisi pasien saat dalam pengobatan dengan saat mereka hanya berolahraga selama 6 minggu secara teratur 3 kali sesi 30 menit per minggu melalui scan otak MRI. Hal ini membawa kepada konklusi bahwa olah raga berperan penting dalam memperbaiki jaringan otak sehingga rasa sakit yang diderita pasien berkurang, seperti di presentasikan dalam pertemuan tahunan the Society of Neuroscience, Washington.