Seringkali keadaan ini dialami oleh para wanita, tetapi ternyata pria juga dapat mengalaminya. Efek nya pun tidak hanya berdampak pada sang ayah sendiri, tetapi juga mengganggu sang ibu dan bahkan anak mereka.
Gejala yang dialami para pria tersebut berupa rasa cemas, sedih dan menarik diri, mengalami kesulitan saat tidur hingga keinginan untuk bunuh diri.
Menurut dr. Paul G. Ramchadani, seorang psikiater dari University of Oxford di Inggris yang melakukan penelitian pada 26.000 orang tua, seperti dilaporkan oleh The Lancet pada 2005 dimana 4 persen ayah memiliki gejala depresi yang signifikan dalam waktu 8 minggu setelah kelahiran anak mereka. Namun menurutnya, meskipun telah dilakukan berbagai macam metode dan kriteria diagnostik. belum diketahui prevalensi yang sebenarnya dari depresi pasca melahirkan pada pria.
Menurut Dr. Ramchadani yang mengikuti perkembangan anak-anak selama tiga setengah tahun setelah lahir, mereka dipengaruhi secara berbeda tergantung orang tua mana yang mengalami depresi. Depresi pasca melahirkan pada ibu dihubungkan dengan efek tingkah laku dan emosi yang berlawanan pada anak tidak terkait dengan jenis kelamin; Sedangkan depresi pada ayah dihubungkan hanya dengan masalah prilaku pada anak laki-laki. (Penelitian tidak melaporkan adanya efek yang mungkin terjadi jika kedua orang tua depresi).
Umumnya pria enggan untuk mencari pertolongan karena mereka harus memberikan perhatian pada sang bayi dan ibunya. Padahal sebenarnya menjadi seorang ayah pun merupakan perubahan yang besar dalam hidup, Membesarkan seorang anak hingga menjadi dewasa mandiri membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Lalu, bagaimana cara bagi para Ayah untuk mencegahnya? Kenali gejala dari depresi karena dapat mempengaruhi seluruh komponen keluarga-ayah, ibu, anak. Jika merasakan gejala tersebut konsultasikan dengan dokter , lakukan konseling atau tenaga kesehatan lainnya untuk diagnosis dan tata laksana.