HIV sendiri merupakan virus yang biasa menyerang pada primata di hutan Afrika layaknya manusia diserang virus flu, namun suatu kejadian menyebabkan virus tersebut berpindah ke manusia dan menyerang sel-sel kekebalan tubuh sehingga mengakibatkan tubuh rentan terhadap berbagai macam penyakit dan sering kali berujung pada kematian Dengan mempelajari kinerja HIV, ilmuwan telah dapat mengusahakan pengobatan antiretrovirus yaitu perawatan dalam memperlambat infeksi yang disebabkan oleh virus termasuk HIV. Namun sayangnya pengobatan ini tergolong menelan biaya yang tinggi dan belum mudah kesediaannya diseluruh dunia.
Bahkan setelah para ilmuwan mengetahui bahwa HIV tidak semudah tertularkan layaknya virus flu, namun kenyataannya HIV mewabah di seluruh dunia dengan cepat dan menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Untuk itu sangatlah tepat bagi diri kita masing-masing untuk mencegah penyebaran HIV dengan memahami lebih dalam mengenai HIV dan AIDS itu sendiri.
Penularan
HIV sebenarnya hanya mampu ditularkan melalui hubungan seks, air mani, sekresi vagina, darah, ASI, dan suntikan atau alat terkontaminasi lainnya yang melukai. Dari keterbatasan cara penularan HIV ini sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin, namun kenyataannya keterbatasan pengetahuan dan gaya hidup manusia menjadi hambatan tersendiri dalam mencegah penyebaran HIV lebih lanjut.
Kinerja Virus
Agar dapat hidup dan berkembang biak dalam tubuh manusia, HIV menyerang beberapa sel kekebalan tubuh yang berada di lapisan kulit dalam organ seksual dan oral. Layaknya semua virus, HIV hanya dapat berkembang biak setelah menemukan sel inang untuk dikuasai, yaitu sel yang memiliki protein reseptor CD4, CCR5 dan CXCR4. Dan sayangnya sel-sel dengan reseptor tersebut merupakan sel-sel kekebalan tubuh kita yang berfungsi dalam menyerang berbagai macam penyakit. Sehingga tidak ayal, HIV menjadi mematikan di dalam tubuh manusia.
Untuk beberapa kasus genetika, 20% manusia ras Kaukasia yang berasal dari Eropa Utara memiliki CCR5Delta32 dimana hal tersebut menjadikan sel-sel kekebalan tubuh mereka tidak terlalu parah terinfeksi HIV. Bahkan 1% ras Kaukasia tersebut memiliki 2 jenis CCR5Delta32 yang didapatkan dari kedua orang tua, menjadikan mereka terkesan kebal terhadap HIV seperti yang terjadi pada kasus sembuhnya seorang pengidap HIV dan leukemia setelah mendapatkan cangkok sumsum tulang belakang dari pendonor yang memiliki gen CCR5Delta32.
CCR5Delta32 sendiri berarti CCR5 tanpa 32 Basis DNA, sehingga mengganggu kemampuan HIV dalam mengikat protein dan menguasai sel tubuh untuk dijadikan sel inang. Hal inilah yang menyebabkan HIV terkesan tidak dapat menyerang manusia dengan gen CCR5Delta32. Namun kenyataannya HIV juga memiliki versi lain sehingga mampu menyerang sel yang memiliki CXCR4 dan telah terbukti beberapa orang dengan 2 kopi CCR5Delta32 pun mati akibat AIDS.